Salam untuk semua pengunjung setia pahompu.com! Kali ini penulis akan membahas soal pertanyaan yang banyak muncul di masayarakat soal investasi saham, yakni mengenai ‘Apakah bermain saham termasuk Investasi atau Bisnis?
Oh iya, sampai lupa memperkenalkan diri. Nama saya Zulbiadi Latief. Aktif di pasar saham dan menjadi analis saham syariah sudah kurang lebih 4 tahun lamanya. Suka-duka dalam bermain saham sudah saya alami semua, mulai dari saat IHSG anjlok hingga portofolio saya yang berantakan juga sudah saya cicipi semua bagaimana rasanya. Termasuk, rasanya untung puluhan persen dari saham hanya dalam hitungan minggu.
Sebelum masuk ke materi inti, sedikit mau bercerita soal saat pertama kali saya terjun di pasar modal, khususnya saham. Waktu itu dengan modal yang cukup minim dan pengetahuan yang bisa dibilang hampir tidak ada, saya kemudian memberanikan diri mulai membuka akun di perusahaan sekuritas.
Awalnya, saya berambisi ingin sekeli mengikuti jejak Warren Buffett yang konon katanya ia memulai investasi saham hanya dari modal $100 saja hingga bisa menjadi orang terkaya nomor #1 di dunia. Tampaknya hebat banget kan?
Tapi itu beliau dengan kemampuannya yang unik. Bagaimana dengan saya?
Ternyata, setelah berjalan setahun, untung berkali-lipat yang saya impikan sama sekali tidak tercapai. Malah ada waktu-waktu dimana saya mengalami kerugian. Walau tidak signifikan tapi lumayan membuat persaan saya jadi tidak karuan, wajarlah mulainya dari modal minim sih.
Tapi setelah berjalan beberapa tahun, saya kemudian baru menyadari bahwa yang namanya cara main saham itu memang tak semudah yang kita bayangkan di awal pertama kali mulai.
Dan faktanya, hampir tidak ada investor saham, baik itu yang ahli ekonomi atau tidak, yang tidak pernah mengalami kerugian. Bisa dibilang 9 dari 10 orang yang pertama kali terjun ke pasar modal tersebut pasti mengalami rugi dulu di awalnya.
Kenapa demikian? Ya, karena yang namanya bermain saham itu bukan hanya butuh ilmu tapi juga pengalaman. Bahkan nih, porsi antara keduanya bisa dibilang 20% ilmu dan sisanya 80% pengalaman. Jadi wajar kalau di awal harus rugi dulu, lagian itu juga bisa kita anggap sebagai biaya belajar dan menimba pengalaman sebanyak munkin.
Lalu pertanyaannya, Apakah Bermain Saham Termasuk Investasi atau Bisnis?
Untuk menjawab ini sebenarnya tergantung dari personal masing-masing orang yang terjun ke dunia ini.
Maksudnya bagaimana?
Jadi, begini, untuk orang yang punya modal gede atau yang awalnya memang sudah kebanjiran duit, anggaplah dia anak juragan bakmi yang punya cabang di mana-mana, maka uang yang ia pakai belanjakan saham sebenarnya lebih tepat kita katakan sebagai orang yang berinvestasi.
Kenapa demikian? Ya, karena saat ia masuk ke pasar saham ia bukanlah orang yang sedang butuh uang untuk kehidupan sehari-harinya, tapi dalam keadaan ingin mengembangkan dananya menjadi lebih banyak lagi. Sehingga, kalau dikatakan sebagai investor yang berinvestasi maka itu tepat sekali. Bukan begitu.
Lain halnya lagi bagi orang yang mulainya dengan modal minim, anggaplah dengan dana di bawah 10 juta, maka saat ia bertransaksi saham lebih tepat kalau dikatakan bahwa ia lagi berbisnis saham.
Kenapa harus begitu? Ya, karena tujuan utamanya bermain saham adalah untuk mendapatkan dana yang lebih banyak dari dana yang ia investasikan di saham. Dan bisa jadi, setelah ia dapat dana yang cukup ia akan menggunakan dana tersebut untuk kebutuhan membangun bisnis yang lebih besar lagi dari sebelumnya. Atau bisa jadi, jika saat ini posisinya sebagai karyawan maka mungkin saja ia akan resign dam mulai membangun bisnis baru.
Jadi ibaratnya, untuk jenis yang kedua ini, seperti orang yang membuat bisnis baru, dimana ia membeli berbagai alat untuk usahanya yang tujuannya untuk menghasilkan keuntungan lebih. Nah, demikian juga untuk orang yang modalnya minim kemudian masuk ke pasar saham dimana saat membeli saham ia ibarat melengkapi keperluan usahanya dan selanjutnya untung dari saham tersebut.
Hanya saja, bila kita menimbang kedua kata tersebut (antara investasi dan bisnis), sebenarnya maknanya hampir sama saja karena tujuan dari keduanya adalah untuk melipat gandakan modal awal yang dimiliki. Yang membedakan keduanya sebenarnya hanya pada posisi awalnya saja dimana yang berinvestasi modal awalnya sudah gede duluan, sedang yang berbisnis modal awalnya masih minim dan berharap bisa untung banyak dari saham tersebut.
Lalu, bagaimana teknik bermain saham?
Sebelum masuk ke soal tekniknya, maka bagi orang yang mau berinvestasi perlu tau dulu pengetahuan dasar soal ketentuan menjadi investor saham.
Berikut ini adalah ketentuannya:
-
Modal
Di blog penulis, Analis.co.id, sudah pernah membahas soal ini yang judulnya ‘Modal Rp5.000 Saja Sudah Bisa Beli Saham Lho!
Jadi untuk bisa bermain saham sebenarnya tak semahal yang kita kira. Mungkin banyak yang menyangka bahwa kalau mau jadi investor saham harus punya modal banyak dulu. Jangan sampai ada yang mengira bahwa modal awalnya minimal 100 juta. Tidak sebanyak itu sob!
Kenapa saya katakan demikian? Ya, karena untuk membeli saham di bursa efek sayaratnya cukup membeli 1 lot saja, dan adapun jumlah satuan per lotnya adalah 100 lembar saham. Sedangkan, harga saham termurah saat ini di bursa efek adalah Rp50 (lima puluh rupiah) per lembar.
Mari coba kita kalikan, misalnya anda mau membeli saham berkode FREN milik PT. Smartfren Telecom Tbk sebanyak 1 lot, sedangkan harga per lembar sahamnya di pasar saat ini hanya Rp50 per lembar. Sehingga, Rp50 dikali 100 lembar maka totalnya hanya Rp5.000 saja kan.
Tapi jangan senang dulu, baca lagi soal perusahaan sekuritas di bawah.
-
Membuat akun
Ini juga banyak kesalahpahaman yang muncul dari orang-orang yang belum mengenal sama sekali dunia saham bahwa kalau mau beli saham lewat bank. Ini salah besar.
Ada juga yang bilang kalau beli saham langsung ke Bursa Efek Indonesia (BEI) yang situsnya IDX.co.id. Ini juga salah kaprah.
Jadi untuk beli saham, seorang investor harus melalui perusahaan yang dinamakan dengan perusahaan sekuirtas. Nah, perusahaan sekuritas ini fungsinya sebagai pialang atau broker untuk para investor dalam berinvestasi di pasar modal.
Saat ini ada kurang lebih 108 perusahaan sekuritas yang sudah terdaftar di OJK maupun BEI. Anda boleh memilih sesukanya.
Saran saya pribadi, kalau mau yang lebih aman dan untuk tujuan investasi jangka panjang maka pilihlah perusahaan sekuritas ‘plat merah’ atau yang dikelola oleh BUMN, seperti Mandiri Sekuritas atau pun BNI Sekuritas.
Tapi ini bukan berarti bahwa yang bukan BUMN tidak aman karena yang sudah mapan dan sudah berdiri selama puluhan tahun juga bisa diandalkan sebagai partner berinvestasi, sekalipun itu dari perusahaan swasta. Sebut saja, Indopremier, BCA sekuritas dan lain sebagainya.
Dan mengenai langkah-langkahnya sudah saya bahas di blog Analis.co.id, tinggal baca saja artikelnya di laman ini: Cara Membeli Saham Perusahaan.
-
Deposit dana awal
Jadi kalau yang pertama yang saya sebutkan di atas sebenarnya syarat dana minimal kalau mau beli saham dengan jumlah satuan terendah, yaitu 1 lot. Adapun, untuk sub pembahasan kita kali ini lebih mengarah pada dana awal yang diperlukan untuk membuka akun.
Tiap perusahaan sekuritas punya ketentuan sendiri dalam syarat membuka akun di situs mereka. Ada yang minimal 10 juta, ada yang 5 juta saja cukup, dan bahkan ada juga yang sama sekali tidak memberi syarat minimal asalkan antara nilai investasinya dengan modal yang ia setor cukup.
Dan saya pribadi sebenarnya lebih memilih yang dari perusahaan sekuritas plat merah, tepatnya Mandiri Sekuritas.
Saat ini, di Mandiri Sekuritas syaratnya minimal doposit dana sebanyak 2 juta. Dan bagi saya, itu sudah standar banget, mengingat saat ini saham-saham yang bagus di bursa kurang lebih senilai itu untuk nilai investasinya yang bisa kita katakan cukup, bukan 1 lot saja.
Di berbagai kesempatan saya juga selalu menyarankan semua calon investor untuk menyediakan dana minimal sebanyak itu untuk mulai berinvestasi. Bukan apa-apa, karena yang namanya investasi ada strateginya juga. Terutama saat harga turun, bila fundamental perusahaannya masih bagus, maka jangan dijual dulu, kamu bisa melakukan yang namanya averagedown dulu, biar dapatnya di harga tengah. Soal ini saya tidak bahas di sini, karena sudah diposting di Analis.co.id, tinggal search saja.
Khusus perusahaan sekuritas yang sama sekali tidak mensyaratkan minimal deposit awal, menurut saya kurang efektif juga karena yang namanya investasi pasti butuh modal juga. Kalau tidak punya modal terus mau ngapain investasi? Bukan begitu.
Sepertinya, setelah membaca 3 hal di atas, semua sudah paham syarat investasi di instrument saham. Mari kita lanjut ke tekniknya.
Teknik Bermain Saham
Di Analis.co.id ini juga sudah di bahas, tapi kali ini saya mau memberikan ringkasannya saja.
-
Pilih aliran investor
Dalam bermain saham dikenal dua aliran, yaitu growth investor dan value investor.
Untuk value investor landasan dalam beli sahamnya berdasarkan analisa fundamental perusahaan, dalam hal ini dari laporan keuangan perusahaan yang terbaru. Adapun untuk growth investor, dasar investasinya adalah dengan menganalisa grafik dari harga saham, istilahnya analisa teknikal.
Keduanya memiliki perbedaan yang mencolok. Kalau sorang value investor baru akan membeli saham kalau secara nilai buku maupun rasio laba terhadap harga saham menunjukkan bahwa harga saham tersebut masih murah, sedangkan bagi value investor membeli saham dengan melihat grafiknya saja, kalau dari hasil analisa trendline dan candlestick menunjukkan bahwa sahamnya lagi bullish maka ia akan membeli saham tersebut, entah itu perusahaanya sedang sehat atau tidak dari sisi labanya.
-
Pahami kapan waktunya beli saham yang tepat
Jadi investasi saham itu tidak bisa asalan. Jangan karena harganya sudah murah terus langsung hajar kanan, beli sahamnya begitu saja. Tapi harus ada analisa mendalam, mulai dari kondisi ekonomi makro maupun global, hingga pergerakan IHSG yang terakhir dalam kurun waktu tertentu.
Jadi, bagi saya, sekalipun kamu dasarnya analisa fundamental, tapi jauh lebih baik kalau tau timing yang tepat dalam mebeli saham.
Timing di sini sangat dipengaruhi dari analisa trendline dari harga saham itu sendiri, apakah sedang downtrend, uptrend, atau malah lagi sideways dan tidak menunjukkan pergerakan harga yang berarti. Jadi, intinya, selain harganya murah, timing beli juga harus pas.
Nah mengenai ini ya, kamu harus banyak belajar lagi dan menimba pengalaman sebanyak mungkin. Tentunya dengan langsung terjun ke pasar saham. Dan ingat! rugi dalam saham bukan kegagalan tapi awal dari kesuksesan karena disanalah kamu akan mendapat banyak pengalaman yang berharga.
-
Terapkan strategi investasi yang aman.
Ada banyak strategi yang bisa dilakukan jika ingin melakukan investasi yang aman dan bisa dibilang anti rugi, di ataranya:
-
Beli bertahap
Tujuannya apa? Jadi bila sewaktu-waktu saham yang sudah dibeli ternyata tidak langsung naik, tapi turun dulu untuk sementara maka kamu bisa melakukan pembelian lagi dari sisa dana yang kamu buat cadangan sebelumnya. Dalam ilmu investasi saham, ini namanya averagedown.
Beli bertahap bisa dilakukan minimal 2 kali, tapi ada bagusnya minimal 3 kali dana digunakan untuk belanja saham yang sama.
Contohnya seperti ini, kamu menargetkan beli saham ASII milik PT Astra International yang lagi turun sebanyak 30 juta dari danamu, dan karena kamu maunya membeli sahamnya secara bertahap sebanyak 3 kali, maka di tahap awal beli 10 juta dulu dan sisisanya 20 juta untuk jaga-jaga kalau sahamnya turun lagi.
Dan bila ternyata turun, maka beli lagi sebanyak 10 juta jadi totalnya sudah 20 juta.
Dan bila selanjutnya harga sahamnya ternyata naik maka ada dua opsi, yakni menggunakan dana tahap ketiga sebanyak 10 juta tersebut untuk melakukan averageup (beli saham lagi yang sudah naik) atau bisa juga dananya disimpan untuk mengantisipasi jika saham lainnya yang sudah dibeli ternyata turun juga.
-
Lakukan Diversifikasi
Maksudnya, beli saham jangan dari satu jenis saham saja, tapi dari banyak jenis saham.
Misalnya beli saham di sektor consumer 1, saham pertambangan 1, saham perbankan 1 dan seterusnya, tapi sebaiknya jangan terlalu banyak juga, minimal 5 dan maksimal 10 saja.
Fungsinya apa? Jadi kalau ada sentiment negative yang muncul dan IHSG mengalami koreksi yang dalam, termasuk semua saham di portofoliomu maka kalaupun semua turun 10%, maka nilainya tidak sampai segitu kan, coba hitung deh.
Sedangkan kalau kamu beli 1 saham saja dan turun 10% maka nilai penurunannya juga tentu sebanyak itu. Jadi disitulah bedanya.
Dulu saya juga pernah menolak cara ini, tapi setelah mengalami dan merasakan sendiri dampaknya barulah saya sadar bahwa investasi itu harus hati-hati dan jangan serakah. Sebab, dalam investasi yang penting adalah dana kita terlindungi dari pengurangan ‘inflasi’, soal untung kita anggap saja sebagai bonus.
Sepertinya artikel ini sudah terlalu panjang dan pembahasan soal Apakah Bermain saham Investasi atau Bisnis?, dan bagaimana teknik bermain saham sudah lengkap ulasanya. Itu artinya kita sudahi sampai di sini. Selamat berinvestasi!
GUEST POST – DITULIS OLEH:
Zulbiadi, Semarang, Blogger
Leave a Reply